Kuliah Umum Prodi Ilmu Perpustakaan dengan Tema "Pengembangan Library Information System dan Dampak Digital Disruption Terhadap Kepustakawanan"
Program studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Ilmu
Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta selalu memiliki program rutin berupa
kuliah umum setiap satu semester sekali. Kuliah umum tersebut mengundang
beberapa tokoh atau pakar tertentu yang sesuai dengan tema yang telah
ditetapkan oleh program studi. Sementara peserta nya ialah Dekan Fakultas
,Dosen Program Studi Ilmu Perpustakaan dan seluruh mahasiswa program
studi ilmu perpustakaan baik jenjang Diploma 3 (D3), Strata satu (S1), Pasca
Sarjana (S2), dan Doktor (D3). Dalam kuliah umum, kegiatan intinya ialah berupa
diskusi bersama dan tanya jawab mengenai masalah yang berkaitan dengan tema
yang ada.
Kali ini saya akan melaporkan jalannya acara kuliah
umum yang telah saya ikuti pada hari Rabu,21 Maret 2018. Kuliah umum kali ini
mengundang pakar yang cukup hebat dalam hal sistem informasi. Karya tulisnya pun
sudah cukup banyak. Beliau ialah Bapak Putu Laxman Pendit,Ph.D, dengan
moderator Bapak Muhammad Sholihin Arianto M.LIS, selaku Dosen Program Studi Ilmu
Perpustakaan . Sebelum masuk ke inti diskusi kuliah umum, saya akan sedikit
membahas tentang Bapak Putu Laxman
Pendit. Beliau memiliki nama lengkap
Putu Laxman Sanjaya Pendit.Merupakan seorang pencetus adanya Perpustakaan
Digital di Indonesia. Beliaulah yang menulis buku yang berjudul “Perpustakaan
Digital”. Berasal dari Bali Indonesia,dengan alamat lengkap Bander,Jati
Luwih,Taban ,Bali. Namun semenjak beliau mendapat beasiswa Doktor (S3) di
Australia,beliau tinggal di Melbourne,Australia hingga saat ini. Namun ,masih
berkewarganegaraan Indonesia. Sementara di Australia, beliau berprofesi sebagai
dosen Di RMIT University Melbourne. Riwayat pendidikannya sebagai berikut:
1. Program Sarjana Jurnalistik.
2. Pogram Pasca Sarjana Information
Library System di United States.
3. Program Doktor Information
Management di RMIT University.
Data tersebut saya peroleh dari pembacaan
Curiculum Vitae (CV) Bapak Putu Laxman yang dibacakan oleh moderator tadi
sebelum memasuki acara inti (Kuliah umum).
Kuliah Umum kali ini diselenggarakan
dari pukul Sembilan pagi hingga pukul
dua belas siang. Tema yang diambil ialah “Pengembangan Library Information
System dan Dampak Digital Disruption Terhadap Kepustakawanan”. Kuliah umum ini
berlokasi di lantai dua Gedung Prof. RHA.Soenarjo,SH (Convention Hall) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.Susunan Acara Kuliah Umum ini sebagai berikut:
1. Pembukaan
2. Pembacaan Ayat Suci Al - Qur'an oleh saudari Anjaryani
3. Sambutan Kepala Program Studi Ilmu Perpustakaan Drs. Djazim Rohmadi, M.Si.
4. Sambutan Wakil Dekan Bagian Kemahasiswaan Dr. Tafrikhuddin, S.Ag. M.Pd.
5. Kuliah Umum
6. Penyerahan Kenang - kenangan.
7 Penutup.
Kuliah Umum Diawali dengan penjelasan mengenai pengertian disruption technology dan disruption innovation. Disruptive berarti keguncangan. Mengguncang secara melesat. Namun Bapak Putu berpendapat bahwa disruption itu diartikan sebagai kegamangan. Ciri khas disruption ialah cepat. Namun bukan mengguncang secara melesat begitu saja namun secara bertahap dan arahnya tidak terduga.
1. Pembukaan
2. Pembacaan Ayat Suci Al - Qur'an oleh saudari Anjaryani
3. Sambutan Kepala Program Studi Ilmu Perpustakaan Drs. Djazim Rohmadi, M.Si.
4. Sambutan Wakil Dekan Bagian Kemahasiswaan Dr. Tafrikhuddin, S.Ag. M.Pd.
5. Kuliah Umum
6. Penyerahan Kenang - kenangan.
7 Penutup.
Kuliah Umum Diawali dengan penjelasan mengenai pengertian disruption technology dan disruption innovation. Disruptive berarti keguncangan. Mengguncang secara melesat. Namun Bapak Putu berpendapat bahwa disruption itu diartikan sebagai kegamangan. Ciri khas disruption ialah cepat. Namun bukan mengguncang secara melesat begitu saja namun secara bertahap dan arahnya tidak terduga.
Bersumber dari pendapat Clayton Christensen dalam Buku “The Innovator's Dilemma, disruptive
technology (Kegamangan teknologi) dibedakan menjadi dua dikaitkan dengan
pemanfaatan nya:
·
Sustaining
Technology
Teknologi yang membantu improvasi organisasi bisnis
secara terbatas dan bertahap. Misalnya perusahaan games hanya menigkatkan
kualitas games guna manarik minat pasar, sementara teknologi yang digunakan
tetap sama.
·
disruptive
technologies
Teknologi yang mampu mengguncang perusahaan yang sudah
mapan dan datangnya tidak terduga. Misalnya
perpustakaan X merupaka perpustakaan baru, ia mampu menangkal informasi- informasi yang berbau hoax (bohong),
sementara perpustakaan lain yang sudah maju sejak lama tidak mampu melakukan
hal tersebut.
Sementara Disruptive Inovation selalu
merujuk ke evolusi produk dan jasa. Disruptiv innovation (inovasi
yang mengguncang kemapanan) dipakai oleh Clayton Christensen
untuk menggambarkan proses melesatnya sebuah produk atau jasa yang semula berbentuk
aplikasi bisnis sederhana atau kecil di tingkatan pasar yang rendah, menjadi pesaing
kuat untuk mengalahkan petahana yang sudah mapan. Dalam kuliah umum kali ini
Bapak Putu lebih menekankan pada penjelasan desruptive innovation,jadi disruptive
innovation itu teknologi yang digunakan itu tetap sama namun inovasinya saja
yang semakin berkembang muncul terobosann-terobosan baru. Biasanya disruptive dilakukan
pada perusahaan yang belum mapan. Jadi perusahaan tersebut melakukan terobosan
pada teknologi lama dengan membuat inovasi namun secara bertahap yang hal
tersebut justru diabaikan oleh perusahaan teknologi yang sudah mapan karena dianggap biasa saja. Namun semakin
kesini justru perusahaan yang belum lama tersebut makin diminati oleh pasar
karena mampu menciptakan terobosan baru meski yang digunakan lama. Jadi dapat
ditarik kesimpulan bahwa disruptive itu bukan pada teknologinya melainkan
inovasi atau terobosan terobosan baru pada sisi kualitas khususnya. Pada mulanya
disruptive hanya terjadi pada bidang ekonomi, namun kini telah merambah ke
segala bidang.
Bapak Putu juga mengatakan bahwa disruption
berkaitan dengan lima hal :
1. Desruption akan membuat
efisiensi biaya jadi lebih simple
2. Desruption akan membuat
kualiatas lebih baik
3. Desruption akan membuat produk
atau jasa menjadi lebih mudah diakses
4. Desruption akan membuat pasar
menjadi lebih terbuka.
5. Desruption akan membuat segala
sesuatu menjadi lebih pintar.
Kemudian pembahasan yang kedua ialah
perpustakaan digital. Perpustakaan juga ada kaitannya dengan disruptive ,karena
dengan disruptive, perpustaakan digital dapat diterima menjadi sebuah ordinary
(kebiasaan)
Perpustakaan digital harus dilandaskan pada 3
hal yaitu
·
kebebbasan
atau keleluasaan akses
kebebbasan disini bukan berarti perpustakaan yang tanpa
aturan melainkan diartikan sebegai kemudahan pengguna mengakses informasi yang dicarinya tanpa menemui hambatan yang pasti.
·
Kecerdasan
bersama
Hal ini berhubungan dengan masyarakat modern. Negara dapat maju
dikarenakan banyak warga nya yang cerdas. Jadi kecerdasan tidak bersifat
mementingkan individu saja namun kecerdasan disebar,dibagikan ke sebanyak
sebanyak nya orang. Tidak pandang bulu. Tidak memandang latar belakang ekonomi,pendidikan,
dan sebagainya.
·
Penghargaan
kepada pribadi atau privasi.
Kemudian terdapat tiga potensi untuk inovasi pengembangan perpustakaan
digital yaitu disruptive
teknologi,semantic web dan linked data. Semantic Web
mendorong perpustakaan dan berbagai
institusi lain mengumpulkan ,mengaitkan dan memakai bersama data melalui Internet atau
website.jadi bukan hanya hal meletakkan data ,melainkan juga mengaitkannya,sehingga ketika
institusi lain mengumpulkan ,mengaitkan dan memakai bersama data melalui Internet atau
website.jadi bukan hanya hal meletakkan data ,melainkan juga mengaitkannya,sehingga ketika
manusia
mengakses suatu data, ia juga menemukan data lain yang berkaitan. Sama halnya
dengan
linked data. Linked data berkaitan dengan peneribtan dan pengaitan data.
linked data. Linked data berkaitan dengan peneribtan dan pengaitan data.
Terdapat empat aturan semantic
web dan linked data:
1. gunakan URI untuk mengidentifikasi segalanya, objek
maupun konsep.
Kalau tidak menggunakan simbol universal
URI tidak bisa disebut Semantic Web.
2. gunakan HTTP URI, kecederungannya
orang sering membuat
skema URI baru, biasanya karena tidak
mau ikut sistem Domain Name (DNS) dan
kehilangan kendali (otoritas) terhadap
data. Padahal HTTP URI adalah
nama/identitas (bukan alamat/addresses)
dan proses mencari serta melihat
(lookup) HTTP seringkali rumit sekaligus
powerful.
3. kita harus menggunakan URI untuk layanan
informasi dan memiliki
ontologies sebagai bagian dari datasets.
Informasi dapat diperoleh dari RDF, RDFS,
dan OWL ontologies.
4. selalu mengupayakan kaitan ke luar dengan memastikan
koneksi
antar-data di Internet/Web, seperti
yang sudah kita lakukan dengan hypertext.
Nilai-kegunaan informasi yang kita
miliki ikut ditentukan oleh kaitannya dengan
informasi lain.
Selanjutnya ialah Desruptive dan Open
Acces Publising.
Open Acces Publishing atau open
acces jurnal muncul setelah adanya internet.
Hal ini dapat mengatasi masalah keterbatasan ketersediaan dana pengadaan
atau pelangganan jurnal. Sehingga perpustakaan
mulai melanggan secara digital jurnal – jurnal dari asosiasi – asosiasi ilmuwan.
perkembangan open access publishing dimulai pertengahan 1990an dalam tiga
tahap:
• Tahap non-acceptance karena keraguan tentang kualitas
dan belum diindeks,
• Tahap penyediaan versi digital dari versi
cetak yang sudah terbuka (open).
· Tahap penggunaan “article processing charges”
oleh pionir open acces BioMed,Central dan PLOS ONE.
Dikarenakan
waktu yang tersedia untuk pembahasan bersama bapak putu berdurasi satu jam,
namun ilmu yang didapat sudah amat banyak. Beliau juga menjelaskan model
pembelajaran atau perkuliahan di Australia yang membuat saya tertarik untuk
meneruskan studi ke luar negeri. Selain pembahasan juga terdapat sesi tanya jawab dan
foto bersama dengan Bapak Putu Laxman Pendit.
By Luthfi Rofiyatun / IP A 2016
#idks2018 #IP2018UINSUKA #kuliahUmum